Ad Code

Responsive Advertisement

Tahun Baru dan Kue Ulang Tahun

 



“Alhamdulillah aku ada rezeki, bisa membeli kue untuk ibu”

“Wah! Alhamdulillah”

“Beli kue ulang tahun dimana ya?”

“Ada Hol*and Bakery”

 

Perasaan bahagia mengantarkan aku diperaduan malam itu, merasa menjadi sosok penting di hidupmu yang menjadi tempat pertama meminta saran dan juga bantuan. Aku tidak langsung tidur meski kamu meminta izin untuk tidur terlebih dahulu, aku masih asik dengan gawai di tanganku untuk melihat-lihat jenis kue dan harganya. Yah! Aku menemukan cheese cake bolu asal jepang yang begitu lembut dan nikmat, dan harganya empat puluh lima ribu. 

 

Pagi dengan perasaan yang riang gembira, menanti kabar darimu karena aku sudah memberimu aba-aba untuk meneleponku ketika sudah tiba di toko kue, aku ingin sekali menyarankanmu untuk membeli kue kesukaanku dan semoga itu juga menjadi kesukaan ibu. Berkali-kali aku melihat telepon genggamku yang tidak juga memperlihatkan pesanmu. Namun, aku tetap menunggu karena aku yakin kamu akan membeli kue siang ini, seperti hasil obrolan kita semalam. Aku sungguh merasa diperhitungkan dan didengarkan, tiada henti senyum menghias wajahku membayangkan kamu telepon sambil memilih kue di toko yang aku sarankan.

 

Tiba-tiba ada pesan singkat berisi foto, dan kulihat ada kue ulang tahun bertuliskan “Happy Birthday Ayah & Ibu” dengan cokelat warna merah jambu. Hatiku mulai sedih, ternyata hal yang kita obrolan semalam tidak sama sekali membekas di hatimu, dan aku bukanlah orang yang pendapatnya penting bagimu. Kasian! Aku lagi-lagi bertepuk sebelah tangan dengan segala prasangkaku yang sangat percaya diri. 

 

“beli dimana?”

“disarankan beli di toko Mox”

“emmm, iya”

 

Seketika air mataku menetes, aku sungguh-sungguh bukan siapa-siapa dibanding keluargamu. Aku yang memikirkan hal tersebut semalaman mudah tergantikan dengan obrolan beberapa menit dengan tante dan sepupumu. Alangkah malangnya diriku, belum juga menjadi istrimu sudah dianggap tidak berguna sedikit pun pandangannya, apalagi saat sudah bergelar istri, aku rasa aku tidak punya hak untuk memberikanmu pendapat. Karena aku selamanya adalah orang luar buatmu. 

 

Harga kue yang ada di toko yang kusebutkan bervariasi, tapi kamu sama sekali tidak punya inisiatif untuk datang dan memeriksa jika memang kamu bermasalah dengan harganya. Kamu langsung mengambil keputusan tanpa memberiku kabar dan alasannya, baru setelah terjadi kamu menjabarkan alasannya. Masing-masing kita meminta untuk dimengerti tapi masing-masing kita tidak ada yang mau mengerti satu sama lain.


Andai saja, kamu menghubungiku dan meminta pendapat tentang harga kue, aku akan menyarankanmu untuk membeli kue yang murah yang harganya tidak sampai lima puluh ribu di toko kue yang kusebutkan, atau mengiyakan keinginan tante dan sepupumu. Aku hanya butuh kamu libatkan dalam setiap keputusan penting yang sedari awal kamu libatkan, andai bukan dari awal aku yang kamu beritahu tentang kue ulang tahun tersebut, aku juga tidak akan mengemis dilibatkan. Komunikasi kita hancur di malam tahun baru karena kue ulang tahun.

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar