Kepada
Tuan Kopi
Di Hatiku
Asalamulaikum wr. wb,
Bagaimana kabar Tuan? Besar harapanku, tuan dalam lindungan Ya Maha Cinta agar kelak janji perjumpaan diantara kita benar-benar bisa terwujud. Hapus air mata kerinduan itu, biarkan ia tetap tenggelam di dasar palung hatimu agar tak mengurangi maknanya. Kempeskan kantung netramu, agar tangisan jiwa yang memanggil untuk bersatu tetap bunting di dalam sukma, biarkan benih cinta kita tumbuh subur sebelum dilahirkan.
Perjalanan kita terasa panjang, seperti tak ada koma sebagai tempat singgah, meski lelah menghampiri. Kita tetap berjalan karena begitu ingin bertemu di ujung persimpangan. Sayangnya, hal tersebut menyedot habis tenaga yang kita punya hingga kini yang tersisa hanyalah lelah yang menyakiti diri. Istirahatlah wahai tuanku, kita membutuhkan tenaga yang banyak untuk membangun sebuah peradaban.
Tuan, hari-hariku dipenuhi bayanganmu. Kau sedang membersamaiku, dan hal itu membuatku selalu nyaman ditemani oleh imajinasi buatan rindu. Aku baik-baik saja tuan, jangan terlalu khawatir akan diriku. Meskipun tak bisa kupungkiri bahwa air mata kepedihan mengerogoti batinku setiap pagi karena masih belum terbiasa tanpa ucapanmu, begitu pula ketika hendak terlelap. Namun, percayalah aku punya formulanya agar hal tersebut selalu terasa, yaitu dengan memanggil perasaan yang dulu. Untunglah aku ingat mati akan rasa tersebut sehingga tidak sulit untuk kupanggil kembali setiap pagi dan malam.
Tuan, tadi pagi aku merasakan sesak di dadaku karena rindu mendengar suaramu, rindu menatap wajahmu, dan rindu untuk bercengkrama denganmu. Namun taunku, aku mempelajari metode “Yoga” yang bisa sedikit banyak membantuku untuk meredakan rasa sesak tersebut. Caranya mudah sekali, aku melakukan jinjit-jinjit sesuai dengan tarikan napas. Tuan, aku sedang membiasakan diri untuk menelan semua keluhanku, dan hal ini membantuku untuk kembali mandiri.
Apakah kamu memiliki metode yang sama denganku, tuan?
Tertanda
Nona Teh
0 Komentar