Ad Code

Responsive Advertisement

Konsep Bahagia: Merasa Cukup dengan yang Tidak Dimiliki

 




Hidup akan Bahagia jika saja kita mampu menikmati ketiadaan (Sakinah, 2023)

 

 

Pagi yang cukup hangat karena sengit sinar mentari sudah menghujani kota besar yang dinobatkan sebagai gerbang peradaban Indonesia Timur, dan aku masih saja tertegun memandangi sekitar kamar dan mencoba merapikannya lagi. Semakin gerah rasanya setelah badan digerakkan ke sana kemari demi ruangan yang dapat membuat batin terasa lapang. Sambil aku mengingat-ingat hari ini ada agenda apa saja untuk dilakukan.

 

“Kak, barengan yuk ke Dispenda” (Pesan dari Sakinah melalui WA)

 

Kaget bukan main karena aku lupa hari ini ada rapat akbar untuk aliansi perdamaian yang akan dimulai 21 September nanti. Dengan langkah seribu, aku mencoba mengatur dengan cepat ritual pagiku, mulai dari memilih baju yang belum disetrika dan melakukan pemakaian bedak ala kadarnya. Selesai dengan tidak tepat waktu dan akan langsung berangkat menuju lokasi, dan saat ingin berangkat motor masih diluar dibawa oleh anak santri yang membeli kebutuhan pondok. 

 

“Kin, aku udah mau berangkat hanya saja motor masih diluar”

“Tidak apa-apa kak, acara belum mulai”

“Syukurlah, okay Kin”

“Kak, nitip dibelikan ayam goreng, aku belum sarapan”

“Baiklah, nanti aku singgah belikan di jalan”

 

Motor datang, dan aku bergegas mengambil tas berisi laptop sebagai persiapan kalau-kalau nemu ide biar langsung bisa diketik. Ketika ingin berangkat, tiba-tiba seorang santri memberitahuku tentang kebutuhannya. Sehingga aku memutuskan untuk membawa santri tersebut bersamaku dalam artian hanya mengantarku ke lokasi rapat agar motornya bisa digunakan oleh santri tersebut. Aku sampai dengan sedikit drama maps, maklum saja aku asing dengan lokasinya. 

 

“Kak Abu, apakah ini lokasi rapat?” (Sambil mengirimkan foto Gedung Dispenda)

“Bukan kak, tapi dekatnya”

 

Perasaan tidak ada gedung di dekatnya, dan aku langsung memeriksa google maps sekali lagi. Wah! Ternyata di depan, segera aku memutar langkah agar bisa tiba sebelum acara dimulai. Aku meminta bantuan ketua panitia untuk menjemputku di depan kantor karena aku tidak tahu lantai berapa yang akan aku tempati rapat. 

 

“Kak, naik ke lantai dua”

“Okay”

 

Aku melangkah dengan percaya diri dan sesekali bertanya kepada kak Abu selaku ketua panitia tentang siapa saja yang sudah hadir di ruang rapat. Beberapa nama pun disebutnya, nama-nama yang tidak asing bagiku untuk datang secepat itu karena mereka memang orang-orang pengerak tentu saja semangatnya tidak akan padam meskipun di hari libur. Rapat sudah dimulai oleh MC ketika aku melangkah masuk, dan langsung saja titipan dari Sakinah kuletakkan di meja yang menjadi tempat camilan dikumpulkan oleh peserta rapat, ini sudah menjadi budaya yaitu membawa camilan ketika rapat untuk dinikmati bersama oleh peserta.

 

Satu per satu pemaparan kelahiran UFP (United for Peace) yang dijelaskan oleh Kak Terry selaku founder dari Kita Bhineka suatu movement yang fokus akan isu-isu perdamaian. Aku mendengarkan dengan penuh kekaguman karena baru tersadarkan akan isu tersebut, bukan hal mudah untuk memulai hanya saja bukan hal yang mustahil bagi jiwa yang berani. Sesi demi sesi membuatku takjub bukan main, anak muda yang hadir di ruangan tersebut memiliki wawasan dan keseriusan yang patut diapresiasi. Sungguh, minggu yang sangat bermakna bagiku.

 

Kegiatan rapat menghasilkan kesepakatan yang luar biasa dan sudah merumuskan tema UFP tahun ini, sangat cepat dan terratur. Rasanya memang berbeda ketika mempertemukan pemuda yang memiliki tujuan yang sama. Aku pun meminta kepada Sakinah untuk memberikan aku tumpangan meski pun tidak membawa helmet, tentu saja aku berani karena aku memiliki jalan pintas agar tidak bertemu dengan lampu merah dan polisi lalu lintas. 

 

Tiba dengan selamat di pondok, Sakinah dan aku pun memulai sedikit obrolan tentang kondisi yang dihadapi sekarang, mulai dari keuangan, kemanfaatan diri, dan juga tujuan selanjutnya. Sampailah pada kesimpulan percakapan singkat yaitu “bahagia hanya ketika kita mampu menikmati yang tidak sempat menjadi milik kita.”  Aku mengamini hal yang dilontarkan oleh Sakinah karena memang sulit rasanya ketika selalu memaksakan diri untuk mendapatkan hal-hal yang belum bisa didapatkan. Enjay your life! 



Posting Komentar

0 Komentar