Ad Code

Responsive Advertisement

Rumah Singgah Pertama


 




Kota Sampit, Kalimantan Tengah merupakan tempat pertama pembelajaran dimulai. Kalisa belajar untuk menumbuhkan rasa percaya diri, dan juga percaya kepada teman kelompoknya. Mereka datang dengan misi pendidikan, yaitu tanggung jawab pendidikan berada di tangan semua elemen masyarakat sesuai dengan perannya masing-masing. Sehingga, anak bangsa mampu bersekolah dan belajar dengan layak. Suatu niat yang sungguh mulia, mengingat anak muda zaman sekarang hanya memikirkan cuan, cuan dan cuan. 

 

“Indonesia memiliki banyak anak muda hebat, dalam bidang apa pun itu. Hanya saja, Indonesia kekurangan anak muda yang pintar dan punya hati.”-Yanto Kanse, CEO 

 

Kalimat tersebut terbantai habis ketika melihat Kalisa dan teman-temannya. Mereka berlomba-lomba untuk merasakan kehidupan yang sedikit menghilangkan akses kemudahan hidup, bahkan merasakan hidup melambat dari sebelumnya. Sehingga mampu mengajarkan tentang proses yang harus selalu dinikmati demi sebuah kehidupan yang menyenangkan dan menenangkan bagi mereka berdelapan.

 

Rumah Bang Faisal, yang bekerja di bandara berasal dari Sumatera memberikan tumpangan kepada mereka dengan dalih menolong anak perantau berompi hijau, karena permintaan tolong dari abang Ermi yang juga merupakan kerabat dekat Bang Faisal. Syukur dipanjatkan dalam-dalam bersebab ada tumpangan cuma-cuma yang artinya uang kelompok mereka bisa dihemat sedemikian rupa. Rapat pertama mereka lakukan dengan sangat cermat, mencari cara untuk menghubungi pihak dinas terkait agar mereka mampu menembus pertemuan dengan Bupati yang memiliki jadwal padat merayap sebagai orang nomor satu di kabupaten.

 

“Teman-teman, harap kumpul di ruang tengah rumah Bang Faisal ya” bunyi pesan yang masuk di grup WA kelompok. Semua dari mereka bergegas mandi dan merapikan peralatan tidur, maklum saja mereka menumpang yang mengharuskan kepekaan lebih diasah. Rapat pun dimulai dan ide-ide cemerlang satu per satu dielaborasi agar hasilnya paripurna. Berselang beberapa jam setelah rapat selesai ada pesan masuk dari kepada bidang sekolah dasar untuk menjemput Kalisa dan teman-temannya melalui telepon genggam Anne yang berperan sebagai juru bicara mereka kepada pihak dinas. “kalian siap-siap ya, nanti ada mobil yang akan menjemput kalian untuk ikut bersama rombongan Bupati keliling kabupaten.” 

 

Secercah harapan mulai bersinar mendapati adanya respons dari pihak dinas yang selama kedatangan mereka di Kalimantan Tengah belum sama sekali disambut. Salah satu dari teman Kalisa langsung mengingatkan untuk menyiapkan baju batik yang akan mereka kenakan saat akan bertemu dengan Pak Bupati sehingga semuanya terlihat lebih formal dan enak dipandang mata, maklum saja seorang pengajar muda dituntut untuk selalu bisa memberikan impact yang menarik untuk setiap mata yang memandangnya. Kalisa merasa khawatir karena batik yang ia miliki belum dicuci dan masih sangat kotor. Sehingga meminta Niel menemaninya untuk mencari baju batik mumpung waktunya masih ada. 

 

Mengelilingi kota Sampit di malam hari adalah pengalaman pertama yang menyenangkan. Melihat kota dengan kesibukannya membuat hati Kalisa merindukan Makassar, tempat ia bertumbuh. Memeriksa satu per satu toko yang menjual baju, dan tidak menemukan satu pun yang menjual baju batik. Hingga, memutuskan untuk membuka google dan mengetik “toko yang menjual baju batik terdekat” seketika arahan untuk mengikuti jalur kecil, jalan setapak yang menghubungkan Kalisa dengan sebuah butik yang sangat indah, karena memiliki koleksi kain tenun, kain batik dan juga aksesoris Dayak yang kental. Sayang beribu sayang, harganya diluar isi dompet Kalisa malam itu. 

 

Malam semakin larut, Kalisa memutuskan untuk membeli baju kemeja dengan corak menyerupai batik karena goresan yang tidak teratur dengan campuran warna yang beragam sehingga terlihat lumayan hampir batik. Di jalan pulang menuju rumah Bang Faisal, Niel berkata kepada Kalisa tentang baju yang saja dia beli, mulai dari ukuran, harga dan bahannya. Teman-teman Kalisa sudah selesai dalam merapikan perintilan pribadi, dan membuat mereka mencicil untuk merapikan rumah yang mereka tumpangi sejak hari kemarin, sebelum pihak dinas datang untuk menjemput mereka.

Posting Komentar

0 Komentar