Ad Code

Responsive Advertisement

Berpindah







Bandara Soetta menjadi pemandangan kelap kelip terakhir sebelum berangkat ke penempatan. Bertolak subuh hari bukan hal yang baru, biasanya tiket jauh lebih murah jam segitu dan juga dingin, Kalisa selalu suka naik pesawat malam hingga menjelang subuh bersebab memandang lampu-lampu ibu kota sangatlah indah dari ketinggian. 

 

"Wad"

"Hei, daritadi ko ku tunggu"

 

Wadda menyambutnya dengan kantong kertas warna biru. Wah! Sepertinya akan ada yang menerima oleh-oleh. Benar saja gincu keluaran baru brand ternama yang selama ini hanya bisa terpantau lewat youtube para influencer beauty, kini menjadi hak milik Kalisa. 

 

"Ah! Makin sayang sama saudaraku" (sambil memeluk Wadda).

 

Sepanjang langkah kaki mereka di bandara, mereka berusaha mengisi waktu kebersamaan dengan berbincang banyak hal, karena tahu jarak akan memisahkan raga terbilang cukup lama. Waktu mengharuskan kalisa terbang, dan perpisahan pun terjadi. Penerbangan dari Jakarta harus singgah sebentar di Surabaya karena tidak ada pesawat langsung sampai di Kota Sampit. Selanjutnya, transit di Bandara Surabaya, terbersit kenangan setahun lalu saat dirinya memutuskan kembali ke Makassar, bandara tersebut menemaninya seharian penuh. Hari itu, ia berencana ingin bertemu dengan Ilham yang sudah membuat janji jauh-jauh hari sebelumnya dengan Kalisa. Sayangnya semua itu pupus karena tidur yang lelap menyebabkan Ilham tidak sempat berpapasan langsung dengan Kalisa yang sudah tiba di kota Sampit Kalimantan Tengah kala itu. 

 

Pesawat kecil Air Jet menampakkan diri, dalam hati Kalisa berbisik. Pesawat yang pertama kali ia tumpangi untuk bepergian ke tanah Borneo ternyata asik. Bandara H.Asin Sampit. Tempat bersejarah karena perang antar suku Madura dan suku Dayak yang mempertaruhkan segenap jiwa dan raga demi tanah Borneo yang kaya. Bahkan tugunya berdiri gagah di tengah kota sebagai usaha untuk mengingat peristiwa nasional tersebut.

 

Bandara kecil yang hampir mirip terminal angkutan umum antar kabupaten. Sungguh mini, penerbangan hanya ada sekali dalam sehari. Benar-benar langit yang jauh dari hiruk pikuk manusia, pantas saja langitnya biru, awannya putih. Kalisa dan temannya tergeletak sambil mengunyah roti pemberian dari pihak yayasan demi bekal penganjal perut. Roti yang biasanya kurang mendapat tempat di hati Kalisa, kini ludes karena lapar yang luar biasa. 

 

Mereka duduk bersila sembari sibuk mencari penginapan murah terdekat melalui seluler genggam masing-masing. Ada yang sedang melakukan talian telepon demi meminta nomor kenalan, dan juga ada yang sibuk mencari melalui laman internet, sayangnya ini Kalimantan, tidak ada yang murah. Ermi pun meminta bantuan kakaknya, kalau-kalau ada cara lain yang bisa menampung mereka sementara. Benar saja, rombongan sukarelawan berompi hijau dijemput mobil mewah dan melaju meninggalkan bandara sampit.

 

Kalisa memandangi sudut kota Sampit yang terbilang padat, dan suasana yang begitu riuh seakan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ruko-ruko berjejeran sambil melambai lembut menyambut kedatangan delapan pemuda yang datang dengan wadah kosong pertanda siap untuk diisi dengan ilmu hidup. Udara semerbak berperan sebagai elemen yang mampu masuk ke dalam tubuh untuk membantu proses pertumbuhan para pemuda hebat tersebut. Jantung menjalankan perannya, sebagai tempat lahirnya zikir yang kemudian disebarluaskan sekujur tubuh. Kalisa dan tanah adat akan bersinergi selama setahun ke depan. 

Posting Komentar

0 Komentar