Ad Code

Responsive Advertisement

Tangga kesepuluh



Suasana hening seluruh kepala menunduk hanya fokus mendengarkan satu sumber suara. Menampar diri yang tertidur lupa akan kemampuan. Sepertinya Tuhan sedang berbicara melalui dirinya.

"Kamu melewati tangga satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan dan sekarang berada di tangga kesepuluh dan kamu lupa semua anak tangga yang lain!, pertanyaanku kalian pantas apa tidak sih sebenarnya ada di tangga kesepuluh?"

Sejenak hatiku tersentak. Aku yang selalu menuju tangga kesepuluh hanya saja aku lupa tangga-tangga sebelumnya berhubung aku hanya tahu satu hal yaitu harus menuju tangga kesepuluh.

"Kamu lupa dengan usaha-usahamu yang lalu, steppingmu lompat pantas saja analisamu berantakan" seorang tutor pernah berkata kepadaku.

Pagi ber-Betty mengetuk kembali ingatanku akan materi-materiku yang kini bersisa hanya serpihan. Hilang lenyap tanpa bekas bersebab lupa diulang. Aku lupa caranya mencintai, padahal yang mengerakkan rasa adalah mlaku. Bertindak dulu baru cinta. Bukan sibuk berucap cinta tanpa berusaha mendapatkannya.

"Belajar grammar hanya ada satu kuncinya yaitu jangan pernah lupakan kisahnya (materi)"

"Belajar grammar itu hanya buat mereka yang sabar"

Iya! Hari ini aku kehilangan sabar dalam mengulang-ngulang materi dan masih berani berkata aku cinta dengan grammar. Sepertinya aku hanyalah seorang pembual dan pembohong besar. Berkata tanpa beraksi.

Tangga kesepuluh yang kuidamkan akan ku gapai saat aku mampu mengingat anak tangga sebelumnya hanya itu satu-satunya cara. Tuhan pagi ini komunikasi diantara kita begitu syahdu. Terima kasih. 

Posting Komentar

0 Komentar