Ad Code

Responsive Advertisement

Kain Lap....


Minggu dengan beragam rasa. Living room, kitchen, garden, napkin, toilet, and class behind adalah serba-serbi bagian yang harus kami bersihkan bersama-sama. Hari ini aku kebagian mencuci pengelap, semua kain lap yang ada di asrama ini harus ku kumpulkan terlebih dahulu bersama dua orang temanku Maya dan Ana. Kami berbagi area memunggut kain lap, lantai satu dan lantai dua.

Kami harus menunggu piket dapur dan piket kelas agar tidak mencuci dua kali. Maklum saja kami perempuan berotot yang mengandalkan otak. Mingguku diwarnai dengan sabun deterjen bermerek... ah! aku lupa, karena aku tidak pernah menggunakan merek tersebut sebelumnya, air kotor hasil bilasan kain lap yang warnanya hampir menyerupai milo kesukaan para anak rantauan, sikat kayu yang begitu keras sehingga untuk menggunakannya ototku harus turun tangan.

Kain ukuran besar atau biasa kami sebut doormet di asrama menjadi pilihanku untuk pertama kali di cuci, kemudian beralih ke bahan yang lebih tipis dan terakhir napkin yang terbuat dari cercaan kain sisa dasteran buk-buk muda sang penghuni.

Giliran menjemur. Aku pun mengatur bagian penjemuran, yang besar sama dengan yang besar, begitu juga yang kecil. Sampai-sampai temanku pun angkat bicara perihal tatanan jemuran kali ini, menurutnya apa bedanya membuat jemuran serapi mungkin toh ujung-ujungnya hanya untuk membuat kering. Aku pun menjelaskan bahwa dengan cara seperti ini kain lap akan lebih cepat kering karena penyinaran matahari pun jatuh merata. Maksudku, kain besar ditempatkan di ruang yang paling terbuka dan yang agak kecil di tempatkan di ruangan agak minim matahari. Dari situ saja hasilnya akan beda.

Temanku hanya mengangguk mengiyakan. Disaat semua area piket di periksa berbeda dengan napkin kami akan dinyatakan selesai setelah semua napkin sudah terlipat rapi dan tertata di dalam sebuah keranjang. Siang pun menunjukkan wajah murungnya aku pun segera berlari menemui kain-kain terjemur tersebut seraya memeriksa satu bagian demi bagian yang kira-kira sudah bisa untuk ku lipat. Meskipun ada lima buah kain lap yang belum kering.

Belajar dari kain lap. Setelah di cuci mereka akan di gunakan lagi sebagai pembersih, kemudian kotor lagi, bersih lagi, kotor lagi, bersih lagi begitu terus. Itulah siklus hidup dari kain lap. Hanya saja tanpa mereka telapak kaki kita akan kotor, lantai akan berantankan, tangan akan kepanasa. Kita yang gunakan kita jugalah yang harus merawatnya. Mereka sudah cukup menghibahkan dirinya tanpa sedikitpun memberontak meskipun terkadang rasanya tidak enak. Karena sejatinya hidup ini adalah jalan yang ditempuh untuk mencari selamat bukan mencari enak.

Posting Komentar

0 Komentar