Aku kembali ke kamar. Menghidupkan lampu dan mengambil buku grammar dan pensilku. Segera akupun menjawab soal demi soal hingga tak terasa sejaman telah ku lewati. Sejenak aku mengambil handphone dan mengotak-atik pesan WA dan aku sangat terkejut.
"Ya Tuhan takut sekali ka"
"Kuat sekali getarannya"
"Keluar mami ka ini dari rumah"
Teman-temanku yang sedang berada di Sulawesi sedang gundah dalam ketakutan yang teramat berhubung bumi sedang bernapas. Bulu kudungku dibuat merinding melihat semua postingan tentang gempa bumi yang terjadi dua kali dalam sehari dengan kekuatan yang terus bertambah.
Sebuah video terkirim ke grup teman SMA, seorang bapak yang menangis melebihan tangisan seorang bayi meminta tolong agar seseorang membantunya mencari anaknya yang sedang berada dibawah reruntuhan. Ya Tuhan, hati mana yang tidak teriris menyaksikan adegan tersebut. Secepat kilat aku pun berdoa semoga mereka diberikan kekuatan menghadapi semua ujian hidup.
Malam ini aku pun dibuat terjaga selera tidurku hilang. Memikirkan apa yang akan aku bawa pulang jika malam ini aku dipanggil oleh-Nya. Kita tidak pernah benar-benar tahu jadwal kepulangan dari masing-masing kita. Sungguh gempa bumi adalah sapaan untuk mengingatkan kita semua akan usia yang sebenarnya sangat singkat. Kalau sudah begini aku pun bertanya apa yang sebenarnya aku cari di dunia ini.
0 Komentar