Ad Code

Responsive Advertisement

Menikah


Aku tergelitik dengan pidato yang disampaikan oleh salah satu member Azizah Princess Camp senin malam. Dia berkata "menikah bukan soal umur, menikah soal kau sudah menemukan teman hidup yang pas, menikah bukan soal mau dan cinta semata, menikah soal kau mau bertanggungjawab".

Perempuan dengan segala lebel yang diberikan kepadanya tidak pernah lepas dari kata "menikah" yang juga merupakan syarat agar menjadi menjadi perempuan yang utuh, maksudnya kalau belum menikah berarti belum utuh menjadi perempuan? Keterlaluan. Tuhan menciptakan perempuan dengan penuh cinta dan kasih begitu sempurna lantas makhluk seperti kita dengan entengnya mengatakan tidak utuh, wow sungguh sombong.

Menikah. Setelah menikah lalu harus beranak demi keberlanjutan generasi. Hal ini harusnya menjadi pokok dalam pembahasa pernikahan, karena tujuan yang sebenarnya dari pernikahan adalah menghasilkan keturunan. Lantas kalau menikah dalam keadaan belum siap baik secara batin dan mental mampukah kita melahirkan generasi layaknya Muhammad Al-Fatih? Wahai perempuan pikirkanlah secara matang-matang sebelum memutuskan menjadi teman hidup dengan orang asing yang baru kamu kenal dihidupmu.

Kata Ibu Helmy di kelas parenting beberapa tahun yang lalu: " Jika kamu ingin anakmu menjadi sosok yang hebat, sepuluh tahun sebelum kamu melahirkannya kamu harus menjadi sosok yang hebat terlebih dahulu, dengan cara, makan makanan yang sehat, belajar hitung-hitungan untuk melatih logikanya, belajar berbahasa, belajar membuat keputusan karena kelak itu semua akan turun ke anak yang kalian lahirkan begitu juga kamu harus bisa mencari teman hidup yang memiliki rencana yang sama denganmu" sampai hari ini kata-kata tersebut sangat kuat tergiang-giang dikepalaku.

Ummiku juga pernah berpesan, jodoh sudah ada yang atur tidak perlu susah-susah memikirkannya karena itu diluar kendali manusia dan Tuhan sudah berjanji kita semua telah ditakdirkan berpasang-pasangan. Ummi hanya berpesan, perbaiki diri terlebih dahulu, siapkan dirimu jadi istri, siapkan dirimu jadi menantu, siapkan dirimu jadi ibu kelak saat kau siap jodohmu akan datang dengan caranya sendiri.

Mamaku sendiri berpesan, belajarlah jangan pernah takut dengan jodoh ketika kamu percaya Tuhan. Beliau berkata, kau harus menjadi pintar dalam banyak hal, ingat ada anak-anak yang kelak akan bertanya kepadamu, kau harus bisa berdikari karena merasakan berbagi dengan hasil keringat sendiri itu terasa jauh lebih nikmat begitu pun juga jika mampu memenuhi kebutuhan sendiri bukankah tugas seorang istri adalah menjaga harta suaminya? Bukan menghabisinya.

Beruntunglah aku yang dikelilingi oleh perempuan-perempuan hebat. Ummiku menikah diusia tiga puluh satu tahun, sedang mamaku pernah mengalami perceraian karena menikah diusia yang terbilang masih muda dan terbatas gerak dalam melakukan segala sesuatunya dan beruntunglah kini mama bertemu dengan papa yang memaklumi keinginan mama dan selalu mendukungnya tanpa merasa terintimidasi. Beliau-beliau sungguh perempuan yang percaya akan janji Tuhan.

Seperti pidato semalam. Yang sulit dari bagian menikah adalah menemukan sosok yang benar-benar bisa menerima kita bukan merubah diri kita, sosok yang mau mengajak berjalan menuju tempat yang sama bukan yang mau jalan sendiri dan meninggalkan kita dibelakang, sosok yang mau membimbing kita bukan yang membiarkan kita belajar sendiri, sosok yang bisa menjadi rem untuk menyelamatkan kita dari laju ambisi bukan yang mematikan kita dari ambisi-ambisi hingga membusuk didalam.

Ha! Bersambung dulu ya. Aku lagi ada piket bersih-bersih nih.

Posting Komentar

0 Komentar