Ad Code

Responsive Advertisement

Mengejar Babang Donat


Dapur mulai ramai dengan suara patahan dari batang sawi beserta gesekan pisau mengiris bawang merah dan putih. Suara air mengalir tak ingin kalah, cepat-cepat ia pun memandikan toge hingga bersih. Tiba-tiba tangan ku nakal membuka pesan Whatsapp dari teman camp.

"Miss, there is Donut in front of Azizah"

Spontan segala kegiatan terhenti, aku buru-buru menuju kamar meraih jaket dan juga jilbab langsung pakai. Berlari kecil dengan hati yang sangat bahagia, sepertinya aroma donat memanjat batang hidupku. Aku pun membuka pagar dan mencari-cari babang donat. Nihil, sekali lagi aku kehilangan. Kakiku melangkah masuk kembali namun hatiku tidak.

Akupun mengambil sepeda guna mengejarnya, sesekali bertanya dengan penjual nasi kuning, susu segar bahkan orang-orang yang sedang bersantai di depan rumahnya kalau-kalau mereka melihat babang donut lewat. Hingga seorang dari mereka mengatakan untuk mencarinya ke jalan Gelagah. Jelas hal tersebut akan ku lakukan. Semangatku tidak padam sama ketika aku belajar grammar.

Sekali lagi aku harus merasa kecewa. Babang donatnya baru saja pergi dari sana. Kali ini aku mengandalkan perasaanku. Aku mencoba melewati Daffodil dan bejalan lurus, akhirnya aku melihat donat sedang melaju. Tiba-tiba saja aku berkeinginan menjadi Valentino Rossi ku kayuh sepeda dengan setengah ngos-ngosan dan menyalip babang donut ala-ala FTV di SCTV.

"Pak, donat gulanya dua dan coklatnya juga"
"Habis mbak, sisa empat yang meses"
"Ya wes Pak orapopo, kasi dua aja"

Donat sudah di genggamanku. Aku pun memutar arah menuju camp dengan hati yang senang. Sungguh perjuangan mendapatkan donut di pagi hari. Aku adalah pencinta kue bulat berlubang tengah yang ditaburi gula halus dan bermacam-macam meses sesuai selera hati.

Dan tibalah aku di camp dengan keringat yang bercucuran. Hatiku berkata, ya! Waktunya memasak. Dan meletakkan donut tadi disamping sayur mayur sambil memasak aku pun mencicipi secubit demi secubit donat. 

Posting Komentar

0 Komentar