Ad Code

Responsive Advertisement

sebelah hati merindu


Sebelah Hati Merindu
Lembang 08.00 PM
Langit sudah tak berdaya akan mentari yang meninggalkannya. Sendiri di tengah gulita yang pekat. Masih saja bola indah ini tak kuasa untuk terlelap. Mungkin ini ulah dari memorizes about you  . . .
***
Ha . . . terasa lelah tanpa bekerja!, lelah yang teramat terasa. Di tengah gulita ku berharap ada suluh yang datang, tapi itu tak mungkin terjadi. Rasa ini resah entah aku pun tak mampu mengartikannya. Walau demikian remember of you can make me happy so long but I’m sad so sad I don’t know why? Ku selalu berharap kehadiran mu di tengah kerapuhan batin ini, karena hanya sosok mu lah yang mampu mengangkat ku kembali ke puncak kebahagiaan layaknya seorang putri bertemu dengan pangeran hatinya di dalam sebuah dongeng masa kecil ku.
Namun harapan itu terus dan terus menunggu hingga aku sendiri pun  tiada daya akan mengetahui akan waktunya. Ku bertanya entah harus kemana. Tak ada yang mampu untuk menjawabnya. Berjalan dalam kesepian tanpa hadir mu. Bagaikan seng yang tegar menghadang panas dan hujan badai. Terlihat kukuh berdiri tapi sayang dia akan berkarat dan akan hancur tertelan oleh waktu.
Jujur jiwa ini sangat merindukan mu, rindu yang ku gambarkan layaknya bumi yang besar, lebih besar  dari bumi rasanya tiada yang mampu mengalahkan rasa rindu ini pada mu. Rindu, rindu, rindu aku rindu pada mu. Ku mohon jabah lah rindu ku pada mu hanya itu pinta ku tidak lebih.
Rindu aku rindu. Di tengah sepi yang penuh dengan suara malam kala ini, ku tak kuasa untuk tidak mengingat mu yang telah menanamkan kenangan kurang lebih sepuluh tahun silam. Sekali lagi aku rindu, rindu yang teramat hingga bibir ini sungguh tak kuasa untuk bisa mengungkapkannya lewat suara lirih milik ku.
Aku yakin kau ada untuk mendengarnya. Aku juga yakin keinginan kita sama. Hanya saja lagi-lagi ada variabel yang membuat kita harus jauh terpisah oleh kokohnya benteng yang telah di bangun untuk mu dan untuk ku. Aku merindukan mu . . .
Ucapan yang terlontar dari relung hati milik ku. Saat berada di bawah cahaya yang cukup mampu membawa alam bawah sadar ini untuk jauh menerawang lewati angkasa raya yang cukup luas untuk diseberangi oleh raga ini dalam bentuk yang nyata. Aku masih mampu berdiri tegar layaknya tiang listrik tapi siapa yang tahu aku juga rapuh akan kenyata yang harus aku jalani.
Sempat ku berpikir aku sudah tidak mampu bertahan melawan rasa rindu ini. serasa sayap yang ku miliki hampir patah oleh beban rindu yang teramat mampu membuat ku hidup layaknya raga yang tak bernyawa. Hanya satu yang membuat ku bisa terus terusan melihat malam demi malam yang indah akan kesunyiannya yang menggantarkan ku pada ketenangan yang bijak. Yaitu sosok mu dalam mimpi ku.
“Rara… masuk sudah malam ini waktunya untuk tidur,,”ucap tiwi”
“Iya wi bentar ya aku mau lihat bulan dulu” jawab ku”
“Aduh kamu dari kemaren-kemaren lihat bulan terus dhe” balasnya “
“Wi kamu kan tahu hanya bulan yang mampu membuat ku sedikit santai setelah seharian kuliah”
“Ya,,,terusin tu lihat bulannya nanti hilang”
“Iya wi”
“Oya kalau mau tidur di luar sambil di temani bulan juga boleh, aku bawain selimut bilang aja kalau mau jangan segan ya” sambil tertawa kecil”
“Wi kamu tu kan” kembali tersenyum”
Tiwi pun pergi. Tiwi satu rumah dengan ku di Makassar ini. dia sahabat ku dari SMA kelas 2 jadi tidak mengherankan kalau kami sangat akrab. Sampai-sampai barangnya milik ku begitu juga dengan barang ku yang menjadi haknya pula.
Serasa sangat nyaman malam ini. sepertinya  aku harus segera masuk sebelum pintu benar-benar tertutup untuk ku. Aku sudah tidak sabar untuk hari esok.
***
Suara pangilan adzan sudah berkumandang dengan indahnya. Mata ini mencoba untuk terbuka walaupun sedikit sulit rasanya. Raga ini perlahan lahan bangun dari kasur yang tidak terlalu empuk….
***
Parangtambung, 07.30 AM
Hampir saja telat sampai di kampus tapi syukur tidak. Berlari cepat menuju ruang perkuliah. Aduh! Hampir lupa buat print out tugas hari ini.
“kak bisa print out?”
“bisa”
“ini FD nya kak”
“emm mana yang mau di print di sini de”
“yang judulnya pendidikan karakter kak”
“tunggu sebentar ya”
“oke”
Berdoa dalam hati semoga Bapak belum masuk ruangan. Emm! Hal yang sangat  menjengkelkan saat pesan dari ketua tingkat ku terima pasti isi pesannya tentang  keberadaan Bapak di ruangan. Aku pun membuka pesan itu dengan cermat,” Bapak tidak jadi masuk hari ini tapi kita akan tetap diskusi”. Ha! Kirain Bapak sudah di ruangan.
“selesai mi de”
“oya berapa ini kak”
“lima ribuan de”
“ini kak, makasih “
“iya sama-sama”
Kembali menuju ke ruang kelas. Langsung duduk dan menlepaskan napas sambil merenggangkan tubuh sejenak di kursi yang masih baru. Apalagi di ruang yang berpendingin.
***
Jam 12.30 PM, parangtambung
Waktu kuliah sudah kelar dan sekaranng harus kembali ke rumah. Hal yang sangat mampu membuat ku sedikit santai saat lagi banyak tugas adalah rumah yang selama ini menjadi tempat ku merebahkan raga ini kala penat itu datang dengan sejuta pesona miliknya.
Makan apa ya siang ini?. ups!  Ada ayam. Secepat kilat tangan ini memngambil nasi sepiring penuh bersama ayam goreng yang tersaji di atas meja kecil. Makan dengan lahapnya sampai-sampai kehadiran tiwi tidak dapat ku rasakan.
“amboi makan ya enak ya “
“emmm, iya enak ayam siapa ini?”
“udah makan baru mau tahu itu punya siapa”
“he, punya kamu ya wi”
“tahu pun, pake nanya lagi”
“iya de, wi sini makan”
“ngejek ya kamu”
“hehehe”
“sini, ayamnya juga”
Acara makan siang pun berlangsung seperti biasa. Penuh dengan canda tawa. Bahagia bersama dengan tiwi memang sering ku rasakan karena hanya tiwi lah yang menjadi teman ku selama ini. tiwi tahu semua tentang diri ini yang sangat meriukan sesosok malaikat penyejuk batin ini.
“ra kamu kok pulangnya cepat ?”
“o, kamu mau ya kalau aku pulangnya lambat terus kamu bisa makan ayam sendirian”
“tidak kok ra, tapi ngarapnya kayak gitu, hehehe”
“tiwi…”
Acara makan masih berlanjut dengan suara tawa.
***
Briiing….brinnng..brinnng…! suara handphone berbunyi menandakan suara  panggilan masuk. Mencoba untuk melihat itu panggilan dari siapa. Ha! Ini dari malaikat ku. Hallo?. Tidak ada suara yang ku dengar.
Putus. Telepon tadi putus padahal aku sangat merindukan suaranya. Aku rindu. Sudah lama telingga ini tidak mendengar suara miliknya. Sudah lama batin ini bergejolak menantikan dirinya membelai lembut jiwa yang hampir saja mati oleh gersangnya kasih sayang dari malaikat ku.
Andai dia tahu aku sangat merindukannya. Ha! Sudah ini tidak bisa terjadi. Aku harus bisa tegar berdiri meski tanpa malaikat ku berada tepat di sisi ini. yang penting aku merindunya juga dia merindukan ku. Aku yakin akan hal itu.
Aku sudah terbiasa berdiri sendiri. Selama kurang lebih sepuluh tahun aku tidak bersamanya. Aku sekolah  sampai kuliah. Belum pernah terlihat olehnya. Apakah dia tahu aku sudah sebesar ini? atau menurutnya aku masih kecil layaknya sepuluh tahun silam.
Ha…tidak! Aku tidak bisa memikirkan hal yang bukan-bukan. Aku harus yakin ini semua pasti ada hikmahnya. Mulai detik ini aku berjanji akan membawa malaikat ku pulang. Dengan cara aku harus mengenakan topi toga.
Aku yakin aku bisa. 

Posting Komentar

0 Komentar