"Nad sudah bangun" tepat jam 05.00 dini hari. pesan yang ini kau kirim ke telepon genggam milik ku. Aku heran pertama kalinya kau mengirimi ku pesan singkat tak mengandung kata-kata becandaan dari mu yang menjadikan hari-hari ku penuh dengan tawa. 

Tau pesan tersebut ku baca tepat jam 08.00 pagi, maafkan aku yang terlambat bangun dari tidur semalam ku berhubung hari itu aku tidak diwajibkan untuk sholat subuh seperti biasanya. Maklum saja aku perempuan punya hak istimewa yang berbeda dengan mu wahai kaum adam. Dengan cepat ku mencoba membalas pesan tersebut, namun kau tak mengirimkan balasan untuk ku. 

Hati ku begitu gelisah. Entah aku juga tak mampu mengartikan maksudnya. Tangan ini tak ingin diam terus saja menekan-nekan tombol yang ada di telepon genggam milik ku mencoba mendail nomor mu, dan ternyata kau menolak panggilan ku. Tapi kali ini aku tidak tersinggung sekali lagi aku mencoba untuk mendail dan hasilnya sama saja kau menolak panggilan ku.

Aku diam sejenak ada sakit yang ku rasa, napas ku begitu sesak mata ini mulai memainkan perannya saat hati merasa perih. Tetiba telepon yang masih utuh dalam genggaman ku berdering aku mencoba melihat siapa gerangan orang yang sedang memanggil ku, dan ternyata diri mu. kau tau detak jantung ku begitu kencang memompa darah ke seluruh tubuh ini yang tak setetes pun mampu membawa mu keluar. 

Aku begitu girang di selimuti resah tak berkesudahan akan kabarnya diri mu. Dan seperti kekhawatiran ku kau menjelaskan melalui telepon genggam mu untuk ku dengarkan lewat telepon genggam ku "Nad di bandara  ma ka ini mau ma ka berangkat ke Jakarta selama tiga bulan di sana selebihnya selama kurang lebih satu tahun setengah aku akan berada di suatu daerah *****". inilah kali terakhir kau mengabari ku. Hingga kini aku masih menunggu kabar mu begitu juga aku masih setia menunggu diri mu.



Masih di sini menunggu mu pulang.